Latar belakang:
Jumlah
air di bumi sangat banyak; namun jumlah air bersih yang tersedia belum
dapat memenuhi permintaan sehingga banyak orang menderita kekurangan
air. Chiras (2009) menyebutkan bahwa kekurangan air dipicu naiknya
permintaan seiring peningkatan populasi, tidak meratanya distribusi air,
meningkatnya polusi air dan pemakaian air yang tidak efisien. Beberapa
penelitian mengindetifikasi bahwa pada aras rumah tangga kekurangan air
diperburuk kebocoran air akibat kerusakan home appliances yang tidak segera diperbaiki, pemakaian home appliances
yang boros air, perilaku buruk dalam pemakaian air, dan minimnya
pemanfaatan air hujan sebagai sumber air alternatif. Pemakaian air yang
tidak terkontrol akan mengancam keberlanjutan air, sehingga perlu
dilakukan konservasi air. Salah satu metode konservasi air dalam rumah
tangga adalah memanen air hujan, yaitu mengumpulkan, menampung dan
menyimpan air hujan.
Memanen
air hujan merupakan alternative sumber air yang sudah dipraktekkan
selama berabad-abad di berbagai negara yang sering mengalami kekurangan
air (Chao-Hsien Liaw & Yao-Lung Tsai, 2004). Air hujan yang dipanen
dapat digunakan untuk multi tujuan seperti menyiram tanaman, mencuci,
mandi dan bahkan dapat digunakan untuk memasak jika kualitas air
tersebut memenuhi standar kesehatan (Sharpe, William E., & Swistock,
Bryan, 2008; Worm, Janette & van Hattum, Tim, 2006).
Secara
ekologis ada empat alasan mengapa memanen air hujan penting untuk
konservasi air (Worm, Janette & Hattum, Tim van, 2006), yaitu:
- Peningkatan kebutuhan terhadap air berakibat meningkatnya pengambilan air bawah tanah sehingga mengurangi cadangan air bawah tanah. Sistem pemanenan air hujan merupakan alternatif yang bermanfaat.
- Keberadaan air dari sumber air seperti danau, sungai, dan air bawah tanah sangat fluktuatif. Mengumpulkan dan menyimpan air hujan dapat menjadi solusi saat kualitas air permukaan, seperti air danau atau sungai, menjadi rendah selama musim hujan, sebagaimana sering terjadi di Bangladesh.
- Sumber air lain biasanya terletak jauh dari rumah atau komunitas pemakai. Mengumpulkan dan menyimpan air di dekat rumah akan meningkatkan akses terhadap persediaan air dan berdampak positif pada kesehatan serta memperkuat rasa kepemilikan pemakai terhadap sumber air alternatif ini.
- Persediaan air dapat tercemar oleh kegiatan industri mupun limbah kegiatan manusia misalnya masuknya mineral seperti arsenic, garam atau fluoride. Sedangkan kualitas air hujan secara umum relatif baik.
- Catchment, yaitu penangkap air hujan berupa permukaan atap .
- Delivery system, yaitu sistem penyaluran air hujan dari atap ke tempat penampungan melalui talang .
- storage reservoir, yaitu tempat penyimpan air hujan berupa tong, bak atau kolam.
Selain
ketiga komponen dasar tersebut, dapat dilengkapi dengan komponen
pendukung seperti pompa air untuk memompa air dari bak atau kolam
penampung. (Worm, Janette & van Hattum, Tim 2006; Chao-Hsien Liaw
& Yao-Lung Tsai 2004).
Kendala yang dihadapi dalam memanen air hujan antara lain frekuensi dan kuantitas hujan yang fluktuatif serta kualitas air hujan belum memenuhi pedoman standar air bersih WHO. Ada dua isu terkait kualitas air hujan, yaitu isu bacteriological water quality dan isu insect vector.
Pertama, isu bacteriological water quality. Air hujan dapat terkontaminasi oleh kotoran yang ada di catchment area
(atap) sehingga disarankan untuk menjaga kebersihan atap. Penampung air
hujan juga harus memiliki tutup agar terhindar dari kotoran. Bacteria
tidak dapat hidup di air yang bersih. Lumut dapat hidup jika ada sinar
matahari menembus tong penampung air, oleh sebab itu tong penampung air
hujan sebaiknya dibiarkan gelap dan diletakkan di tempat teduh agar
lumut tidak dapat tumbuh.
Kedua, isu insect vector.
Serangga dapat berkembang biak dengan meletakkan telurnya dalam air.
Oleh karena itu sebaiknya tong penampung air ditutup rapat untuk
menghindari masuknya serangga seperti nyamuk. Ada beberapa metode
perlakuan sederhana dalam pemakaian air hujan, antara lain: merebus air
akan mematikan bakteri, menambahkan chlorine (35ml sodium hypochlorite per 1000 liter air) akan mendisinfeksi air, filtrasi pasir (biosand)
akan menghilangkan organism berbahaya (Thomas, tanpa tahun). Worm &
van Hattum (2006) menyebutkan sekarang dikembangkan teknik SODIS (Solar Water Disinfection)
yaitu botol plastic yang sudah dicat hitam diisi air dan dijemur
beberapa jam dengan tujuan untuk mematikan bacteria dan mikroorganisme
dalam air hujan.
Di
Taiwan secara tradisional praktek memanen air hujan banyak dilakukan di
daerah yang memiliki persediaan sumber air permukaan atau air bawah
tanah yang terbatas (Chao-Hsien Liaw & Yao-Lung Tsai 2004). Hasil
pengamatan penulis menunjukkan meskipun memanen air hujan merupakan
teknik yang sederhana, murah dan tidak membutuhkan keahlian atau
pengetahuan khusus namun belum banyak dilakukan di Indonesia. Padahal
praktek memanen air hujan penting sebagai alternative sumber air.
Diperkirakan sebagian besar masyarakat belum menyadari pentingnya
memanen air hujan sebagai salah satu upaya menghemat air akibat
kurangnya pengetahuan dan informasi. Selain itu kemungkinan masyarakat
juga merasa yakin tidak akan mengalami kekurangan air karena secara umum
air melimpah di Indonesia. Untuk mengetahui lebih detail mengenai hal
itu tentu perlu dilakukan penelitian secara lebih lanjut. Dari fakta
tersebut dapat disimpulkan bahwa diperlukan peran pemerintah agar
praktek memanen air hujan dapat dilakukan secara luas. Pemerintah perlu
melakukan komunikasi, informasi dan edukasi public agar masyarakat dapat
tertarik perhatiannya, memahami, menyadari dan bersedia melakukannya di
rumah masing-masing. Jika memanen air hujan dipraktekkan secara luas,
maka masalah kekurangan air pada aras rumah tangga dapat dihindari.
Berikut ini contoh desain sistem memanen air hujan yang sederhana yang
dapat diterapkan masyarakat pada aras rumah tangga.
Berikut ini contoh praktek memanen air hujan di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Cambodia, Bangladesh, Sri Lanka, dsb.
KESIMPULAN
Untuk
memenuhi permintaan air yang persediaannya semakin terbatas, diperlukan
upaya konservasi air. Memanen air hujan merupakan salah satu metode
konservasi air yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam rumah tangga.
Upaya konservasi air memerlukan komitmen dari semua pihak terhadap isu
keberlanjutan air. Apabila memanen air hujan dipraktekkan secara
berkesinambungan akan dapat membantu memelihara keberlanjutan air dan
keberlanjutan lingkungan sebagai pendukung perikehidupan generasi
sekarang dan yang akan datang.
Sumber inspirasi :
http://green.kompasiana.com/iklim/2012/09/18/memanen-air-hujan-rain-water-harvesting-sebagai-alternatif-sumber-air-494318.html