Jumat, 06 Juni 2014

PENDEKATAN EKOSISTEM DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Pengertian Ekosistem :


Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. 
 
Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah: Komponen biotik  dan Komponen abiotik.Kedua komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton yang terapung di air sebagai komponen biotik, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.

CBD (Convention on Biological Diversity) menegaskan bahwa upaya pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati harus dilakukan secara holistik, memperhitungkan tiga level keanekaragaman hayati dan sepenuhnya mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan budaya. Maka ecocystem approach menjadi kerangka acuan utama upaya pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati.


Ekosistem sendiri memiliki definisi sebagai interaksi dinamis komponen biotik dan abiotik dalam suatu lingkungan yang menghasilkan aliran energi dan daur hara.

Pendekatan ekosistem dapat dilakukan pada skala ruang dan wilayah apapun, menempatkan manusia sebagai bagian integral dari ekosistem, memerlukan pendekatan pengelolaan adaptif.  Pendekatan ekosistem tidak meniadakan pendekatan pelestarian dan pengelolaan lain seperti biosphere reserves, protected area, single-species conservation, melainkan mengintegrasikan seluruh pendekatan tersebut dalam menghadapi kompleksnya situasi dan permasalahan yang ditemui.

Panduan pelaksanaan pengelolaan berbasis ekosistem adalah sebagai berikut:
Fokus pada hubungan dan proses fungsional dalam ekosistem 
Komponen-komponen dalam ekosistem mengendalikan pola penyimpanan dan pelepasan energi, air, dan nutrisi serta ikut membangun daya tahan ekosistem terhadap gangguan. Pengetahuan atas fungsi dan struktur ekosistem sangat dibutuhkan terutama untuk memahami daya tahan ekosistem, dampak kerusakan lingkungan dan habitat, penyebab utama kerusakan, serta faktor-faktor penentu pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Meningkatkan benefit-sharing:
Pendekatan ekosistem berusaha mempertahankan dan memperbaiki nilai manfaat dari fungsi ekosistem yang ada, yang pada gilirannya akan membuat para pihak terkait mampu bertanggung jawab secara mandiri dalam pelestarian dan pemanfaatan ekosistem tersebut. 

Pendekatan ini bisa dilakukan antara lain dengan cara peningkatan kapasitas komunitas lokal dalam pengelolaan ekosistem dan penilaian atas barang dan jasa yang dihasilkan ekosistem secara adil dan memadai.

Melakukan praktik adaptive management
Proses dan fungsi ekosistem sangat kompleks dan beragam. Perlu dipahami, akibat tingginya tingkat ketidakpastian hubungan dengan konstruksi sosial yang ada, pengelolaan ekosistem harus merupakan proses pembelajaran yang terus-menerus terjadi. Pembelajaran hanya bisa dilakukan bila terdapat kemungkinan adaptasi. Implementasi program harus dirancang memiliki cukup daya kelenturan dan penyesuaian. 

Pengelolaan kegiatan dilakukan pada skala isu yang tepat  
Pendekatan ekosistem harus dilakukan dengan pola desentralisasi sampai ke level terbawah. Pengelolaan kegiatan tak jarang harus dilakukan pada tingkatan komunitas lokal. Efektivitas desentralisasi membutuhkan pendampingan dan pemberdayaan, juga dukungan kerangka kebijakan dan aturan. Pada keterlibatan hak-hak publik, pengelolaan dalam skala yang lebih besar dibutuhkan untuk dapat mengakomodasi seluruh kepentingan para pihak. 

Menjamin keterlibatan, kerja sama, dan koordinasi antarsektor
Pendekatan ekosistem tidak dapat lepas dari strategi dan rencana aksi nasional, sehingga tetap harus memperhitungkan keterlibatan, kerjasama, dan koordinasi antarsektor dalam mengelola sumber daya alam, antara lain pertanian, perikanan, kehutanan, dan berbagai sektor terkait lainnya. 

Sumber inspirasi :
http://lingkarlsm.com/2011/12/pendekatan-ekosistem/

PLUMBING UNTUK AIR BERSIH DAN AIR LIMBAH DI DALAM BANGUNAN

PLUMBING UNTUK AIR BERSIH DAN AIR LIMBAH DI DALAM BANGUNAN

Sistem pemipaan (plumbing system) sebuah bangunan adalah jaringan kompleks dari pipa air, pipa saluran pembuangan, pipa ventilasidan banyak lagi. Karena sistem pemipaan sangat rumit dan merupakan salah satu sistem yang sangat mahal yang terpasang dalam sebuah gedung, maka sangat penting memahami bagaimana sistem pemipaan bekerja saat merencanakan pembangunan proyek baru atau renovasi gedung skala besar.
Hal ini cukup sering memusingkan penghuni bila ada masalah dengan sistem pemipaan yang ada di sebuah rumah atau bangunan. Mungkin ada keran bocor atau kerusakan pipa dimana kontraktor pemipaan dapat memperbaiki hanya dalam beberapa menit. 
Pemilik bangunan rata-rata menghabiskan sekitar 15 % investasi dari bangunan/rumahnya untuk pekerjaan sistem pemipaan. Itu bukan jumlah yang besar ketika seseorang berpikir tentang bahaya kesehatan mungkin harus di hadapi akibat sistem pemipaan yang buruk. Dibutuhkan biaya untuk menjaga sistem pemipaan rumah/gedung dalam kondisi kinerja yang baik.
Biasanya sistem pemipaan di gedung meliputi dua tujuan dasar. Tujuan pertama adalah untuk menyediakan air bersih untuk semua jenis kebutuhan sehari-hari; wastafel, mesin cuci, mesin cuci piringtoilet, kamar mandi dan sebagainya. Tujuan kedua adalah untuk menghapus air tercemar (polluted water) secara efisien setelah mengumpulkannya dari berbagai saluran pembuangan tanpa mencampurnya dengan air bersih. Agar sistem pemipaan dapat bekerja secara efisien sangat diperlukan pemeriksaan tekanan air dan gravitasi secara teliti dan berkalaKomponen utama dari sistem pemipaan adalah katup penutup utama (main water shut off valve) meteran airfixture stop valves, keran drainase dan pemanas air.
Seperti ilustrasi di bawah ini :

Dua hal yang harus dipahami tentang dasar-dasar dari sistem pemipaan sebagai berikut:
  1. Merancang suatu sistem yang bisa bekerja dengan baik dan lolouji peraturan standard pemipaan. Sebuah sistem yang dirancang dengan baik akan mengalirkan air ke berbagai kran dan semua peralatan yang memakai air secara efisien dan membawa keluar air limbah tanpa sumbatan / mampet
  2. Berpikir secara efisien untuk membuat perencanaan yang akurat dan memperhatikan detail tentang semua hal pentingsebagai berikut: 
  • merekomendasikan dimana katup penutup (shut off valves) akan ditempatkan,
  • material apakah yang digunakan untuk pipa,
  • apa tindakan pencegahan keselamatan yang harus diikuti,
  • jenis pipa harus digunakan dan di mana akan digunakan,
  • bagaimana pipa harus ditempatkan,
  • kemiringan pipa dan sebagainya.
sehingga dapat mengurangi biaya keseluruhan secara signifikan dengan menempatkan lokasi kamar mandi, dapur, atauruang cuci berdekatan satu sama lain sehingga semuanya dapat berbagi pakai komponen dari sistem pemipaan terdekat. Ini akan menghemat biaya.



INSTALASI PLUMBING SISTEM PENYEDIAAN AIR KOTOR


Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan:
Sistem pembuangan air kotor :
Adalah system pembuangan untuk air buangan yang berasal dari kloset, urinal, bidet, dan air buangan yang mengandung kotoran manusia dari alat plambing lainnya ( black water ). 
Sistem pembuangan air bekas:
Adalah system pembuangan untuk air buangan yang berasal dari bathtub, wastafel, sink dapur dan lainnya ( grey water ). Untuk suatu daerah yang tidak tersedia riol umum yang dapat menampung air bekas, maka dapat di gabungkan ke instalasi air kotor terlebih dahulu.
Sistem pembuangan air hujan:
Sistem pembuangan air hujan harus merupakan system terpisah dari system pembuangan air kotor maupun air bekas, karena bila di campurkan sering terjadi penyumbatan pada saluran dan air hujan akan mengalir balik masuk ke alat plambing yang terendah.
Sistem air buangan khusus:  
Sistem pembuangan air yang mengandung gas, racun, lemak, limbah pabrik, limbah rumah sakit, pemotongan hewan dan lainnya yang bersifat khusus. 
Klasifikasi berdasarkan cara pengaliran :
Sistem gravitasi:
Air buangan mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah secara gravitasi ke saluran umum yang letaknya lebih rendah .
Sistem bertekanan:
Sistem yang menggunakan alat ( pompa ) karena saluran umum letaknya lebih tinggi dari letak alat plambing, sehingga air buangan di kumpulkan terlebih dahulu dalam suatu bakpenampungan, kemudian di pompakan keluar ke roil umum. Sistem ini mahal, tetapi biasa di gunakan pada bangunan yang mempunyai alat – alat plambing di basement pada bangunan tinggi / bertingkat banyak.
 SKEMA UMUM SISTEM PEMBUANGAN GRAFITASI







EFEK SIFON DAN PERANAN PIPA VEN PADA SISTEM PEMBUANGAN

 

BAGIAN – BAGIAN SISTEM PEMBUANGAN: 
  • Alat – alat plambing yang di gunakan untuk pembuangan seperti bathtub,wastafel, bak – bak cuci piring, cuci pakaian, kloset, urinal, bidet, dsb.
  • Pipa – pipa pembuangan.
  • Pipa ven.
  • Perangkap dan penangkap ( interceptor ). 
  • Bak penampung dan tangki septic. 
  • Pompa pembuangan. 
Pipa – pipa pembuangan :
Ukuran pipa ini harus sama atau lebih besar dengan ukuran lubang keluar perangkap alat plambing dan untuk mencegah efek sifon pada air yang ada dalam perangkap, jarak tegak dari ambang puncak perangkap sampai pipa mendatar di bawahnya tidak lebih dari 60 cm .

 

Syarat – syarat perangkap:
  • Kedalaman air penyekat berkisar antara 50 – 100 mm.
  • Konstruksi perangkap harus sedemikian rupa sehingga tak terjadi pengendapan atau tertahannya kotoran dalam perangkap. 
  • Konstruksi perangkap harus sederhana sehingga mudah di pe rbaiki bila ada kerusakan dan dari bahan tak berkarat.
  • Tidak ada bagian bergerak atau bersudut dalam perangkap yang dapat menghambat aliran air.
Jenis perangkap
Jenis perangkap dapat di kelompokkan menjadi : 
  • Perangkap yang di pasang pada alat plambing dan pipa pembuangan.
  • Perangkap yang menjadi satu dengan alat plambing.
 
Penangkap (interceptor) 
Persyaratan penangkap :
  • Penangkap yang sesuai harus dipasang sedekat mungkin dengan alat plambing yang di layaninya, dengan maksud agar pipa pembuangan yang mungkin mengalami gangguan sependek mungkin. 
  • Konstruksinya harus mudah dibersihkan, dilengkapi dengan tutup yang mudah dibuka dan letak dari penangkap dalam ruang sedemikian rupa sehingga sampah dari penangkap mudah dibuang keluar ruang.
  • Konstruksi penangkap harus mampu secara efektif memisahkan minyak, lemak dan sebagainya dari air buangan.Konstruksi penangkap umumnya juga merupakan ‘perangkap’, karena itu bila telah dipasang penangkap dilarang memasang perangkap, sebab dapat terjadi ‘perangkap ganda’.  
Tangki septic dan rembesan :
Tangki septic sebenarnya serupa saja dengan bak penampungan air kotor, tetapi lebih ditujukan penggunannya untuk menampung air kotor buangan dari bangunan ditempat yang tidak terjangkau oleh riol umum/kota. Prinsip kerja dari tangki septik adalah mengolah dan memisahkan antara air dengan kotoran dengan cara pengendapan. Pengolahan dilakukan oleh bakteri anaerobic yang merubah kotoran baku menjadi Lumpur. Air hasil pemisahan (70% lebih bersih) dialirkan keluar secara gravitasi dan diresapkan ketanah, sedangkan hasil endapan (Lumpur) harus dibuang secara berkala dengan bantuan layanan mobil tangki air kotor pemerintah setempat. Dengan demikian tangki septic biasanya terletak diluar bangungan (mudah dicapai mobil tangki) dan tidak ada peralatan pompa yang dipasangkan.

Syarat jarak komponen sistem tangki septic




 
  Sistem pembuangan dengan tangki septic



Komponen sistem pembuangan

Inspirasi dari :
arsitekistn.blogspot.com
agung suryono